Monday, December 19, 2016

Bromance

Seperti biasanya, time does fly. Hell, I feel like time is warping itself forward. Pada kesempatan kali ini gue mau cerita sedikit tentang sedikit keresahan hati; bukan keresahan sih, tapi lebih ke arah seruan hati. Bahkan, kalau dibaca secara seksama, gue pun sadar bahwa sekarang gaya bahasa dan penulisan gue mulai berubah. Sebelum memulai apapun juga, gue bersyukur kepada Tuhan Allah yang telah menciptakan langit, bumi dan segala isinya; sebab Tuhan baik sekali. Dan faktanya, gue gak akan bisa menulis ini sekarang jikalau tidak karena rahmat dan kasih karuniaNya.

Semua orang punya sahabat. Gue pun sekarang punya sahabat. Untuk definisi sahabat, semua orang punya definisi masing-masing. Buat gue, seorang sahabat adalah orang yang "willing to give a portion of their lives, for the sake of nothingness". A portion ini bisa banyak bentuk. Bisa fisik seperti uang, atau hadiah. Bisa mental, seperti semangat dan nasihat. Tapi yang menurut gue paling berharga yang dapat diberikan oleh seseorang adalah waktu. Seperti sungguh, uang bisa dicari dan semangat dapat dipupuk. Kekuatan dapat dipulihkan dan penyakit pasti sembuh. Tapi siapa yang dapat menambah satupun detik di dalam hidupnya yang fana? Gue selalu memikirkan hal ini, dan selalu tersentuhpun gue saat mengetahui sekarang ada orang orang yang mau "spent their worthful times" dengan orang seperti gue.

Gue bersyukur bahwa, pada malam itu, saat gue sudah merasa sendirian banget, dan berseru minta kepada Tuhan seseorang sahabat yang layaknya Daud kepada Yonathan dan sebaliknya, sekarang Tuhan telah memberikannya, bahkan 4 orang hehe. Tapi kemudian sesuatu mengganggu pikiran gue. Berdasarkan pengamatan gue pribadi, ada suatu bentuk sahabat, yang bahkan kalo ngomongin ngasih waktu, mau ngasih waktu bahkan waktu sibuknya untuk nyempetin ngomong atau nanya kabar ke orang yang bersangkutan. Ada bentuk hubungan yang mau membantu tanpa diminta. Seharusnya gue ga kaget, karena gue pun sedang berusaha memberlakukan orang lain seperti itu. Yang membuat gue terdiam adalah, ada bentuk hubungan seperti itu yang TIMBAL BALIK.

Bahkan saking kagetnya gue, gue bahkan bisa bilang dengan aman bahwa hubungan itu udah kayak pacaran sejenis yang gak homosexual. Like really. Setelah gue perhatikan dengan seksama, bahwa ternyata hubungan seperti ini ada di mana-mana, gue baru ngerti bahwa yang kayak begini ada namanya sendiri, yaitu bromance. Pada awalnya, gue geli sendiri. Tapi setelah berkali-kali gue pikir ulang, dan gue renungkan, gue baru sadar gue mau punya salah satu hubungan yang seperti itu.

Enggak, gue bukannya pengen tiba-tiba out of nowhere ditelfon mendadak nanyain kabar, meskipun menurut gue pribadi, itu menyentuh banget. Buat orang kayak gue, yang kurang mau bergaul sama orang lain sebelumnya, untuk diapproach seperti itu adalah anugrah.

Hal yang agak ironis dan gak menggelikan kalau gue bilang membuat hati iri adalah, melihat sahabatlu ber-bromance erat dengan orang lain. Nah sekarang, kegundahan hatinya bukan di "aduh pengen ya", tetapi "Tuhan, apakah mungkin?", karena bahkan terhadap sahabatpun masih ada batasan-batasan tak terlihat yang timbul karena luka yang masih butuh waktu untuk dipulihkan seutuhnya.

Dan semakin gue memikirkan hal tersebut, semakin gue sadar bahwa gue masih teramat sombong dan masih jauh dari kata sempurna untuk menjadi teman yang baik. Gue juga masih terlalu sering egois dan congkak. Needless to say, nobody should ever have a bromance with me. Either mereka akan muak juga pada akhirnya, atau menyerah di awal.

By seeing these facts, gue kandaskan harapan gue untuk punya bromance. Hal itu terlalu eksklusif untuk seorang Putra. Kalaupun ada, satu orang aja, yang karena kasih karunia Tuhan betah bahkan benar-benar mengisi peran seseorang yangmana tadi harapannya telah gue kandaskan, gue akan sangaaaaaaaaaaaat amat bersyukur dengan menjadikannya saudara gue. Bahkan melebihi saudara yang dihubungkan oleh darah.

Sampai saat itu terjadi, yang mana sepertinya sih, ngimpi aja terus, gue mau belajar menjadi teman yang mengasihi dengan tulus, ke semua orang. Ya gaperlu lah jadi bromance orang lain. Setidaknya gue bisa menjadi sahabat/teman baik semua orang. Gue tau, kedepannya gue akan terus sendiri, bahkan cenderung sendirian dan kadang kesepian, tapi, semua akan jadi lebih indah kalau ada seseorang untuk diajak berbagi kan?

Pada akhirnya, gue mau jadi orang yang berkorban paling banyak. Anggaplah suatu ucapan syukur karena Tuhan baik. Atau mungkin, anggap aja sedang berusahi mencurangi evolusi dengan tetap setia pada altruisme. Ga usah banyak neko-neko, apalagi banyak minta. Sebagaimana Tuhan sudah menjadi batu sandaran di mana tidak ada satu orangpun yang tinggal bagiku, begitupun juga gue mau berbuat begitu ke semua orang tanpa terkecuali.

Dah.
Sekian :)